Dipilih Indonesia, Seperti Apa Vaksin Sinovac?

Setelah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin Sinovac pun akhirnya mulai disuntikkan di Indonesia, dengan Presiden Jokowi menjadi orang pertama yang menerimanya. Pemberian vaksin pada presiden menandai telah dimulainya proses vaksinasi Covid-19 tahap pertama di tanah air.

Pemilihan vaksin Sinovac untuk digunakan di Indonesia sendiri bukan tanpa alasan yang jelas. Diungkapkan Direktur PT Bio Farma Honesti Basyir, keputusan ini mengacu pada fakta bahwa vaksin dari perusahaan China ini merupakan yang paling cepat pengembangannya. Ditambah, ini juga telah melalui tahapan uji praklinis, uji klinis fase 1, fase 2, dan fase 3 sebelum mendapatkan ijin edar dari regulator masing-masing negara. Nah, seperti apa sebenarnya vaksin buatan Sinovac ini?

Dipanggil CoronaVac, vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi Tiongkok, Sinovac ini menggunakan teknologi serupa, tetapi lebih tradisional, dibandingkan dengan BBIBP-CorV dan BBV152, vaksin virus inaktif COVID-19 lainnya yang juga sedang dalam uji coba tahap III.

Kabar baiknya, CoronaVac tidak perlu dibekukan, dan baik vaksin maupun bahan mentah untuk merumuskan dosis baru dapat diangkut dan didinginkan pada 2–8 °C (36–46 °F), seperti suhu penyimpanan vaksin flu. Vaksin ini juga dapat tetap stabil hingga tiga tahun dalam penyimpanan, yang artinya menjadi keuntungan saat vaksin didistribusikan ke wilayah yang tidak memungkinkan rantai dingin dijaga dengan baik.

Bagaimana dengan tingkat efikasinya?

Indonesia bukan satu-satunya negara yang menggunakan vaksin dari Snovac ini. Selain itu, ada juga Brasil dan Turki.

Meski sempat mengumumkan tingkat efikasi yang hampir tidak cukup untuk mendapatkan persetujuan dari WHO dan negara, Instituto Butantan, penyelenggara uji coba, mengatakan angka yang rendah disebabkan oleh standar penghitungan infeksi yang lebih ketat dibandingkan dengan pembuat vaksin lainnya.

Sebelumnya, pada 7 Januari 2021, Instituto Butantan mengumumkan bahwa vaksin Sinivac 78% efektif pada kasus ringan dan 100% efektif melawan infeksi berat dan sedang berdasarkan 220 kasus Covid-19 dari 13.000 sukarelawan tanpa merinci bagaimana tingkat efikasinya dihitung.

(Baca juga: Dunia vs Covid-19, Akankah Menemui Akhirnya di 2021?)

Sementara itu, Turki sebelumnya telah mengumumkan tingkat efikasi sebesar 91,25% dari analisis sementara terhadap 29 kasus yang didasarkan pada data dari 1.322 peserta dalam uji coba dengan 7.371 sukarelawan.

Di Indonesia, laporan BPOM menunjukkan nilai efikasi vaksin corona Sinovac sebesar 65,3 persen. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi dari laporan uji klinis sementara atau interim tahap III vaksin Covid-19 buatan perusahaan asal China itu.

Efikasi sendiri dilihat dari pembentukan antibodi dalam tubuh setelah vaksin disuntikkan. Setelah itu dilihat apakah antibodi yang ada mampu menetralkan virus SARS-CoV-2 atau tidak.

Sebagaimana diketahui, uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19 yang digelar di Bandung melibatkan 1.600 individu sebagai relawan. Hasil dari uji klinis itu menjadi dasar bagi BPOM yang resmi menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization untuk vaksin Covid-19 Sinovac.

Fakta mengenai Vaksin Sinovac

1. Sinovac diketahui menggunakan virus atau bakteri yang sudah dimatikan. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), vaksin mati adalah vaksin yang dibuat dari mikroorganisme (virus, bakteri dan lain-lain) yang telah dimatikan dengan proses menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik.
2. Karena virus dalam vaskin Sinovac sudah mati, vaksin tersebut bisa disuntikkan ke lengan manusia tanpa menyebabkan infeksi COVID-19.
3. Setelah divaksinasi dengan Sinovac, sistem kekebalan tubuh dapat merespons infeksi virus Corona yang hidup dalam tubuh manusia.